Sabtu, 17 Juni 2017

ADAPTASI

Sejak nikah gue nggak lagi tinggal bareng Ibu kandung gue, gue justeru lebih banyak berbaur dan hidup bersama mertua, ipar, dan keluarga dari pihak suami. Rasanya gimana? Yaa gini.. Dibilang nggak nyaman tapi gue nyaman2 aja karena mereka baik. Dibilang nyaman, juga nggak karena gue orang baru, jujur gue merasa asing. Di keluarga ini gue belum bisa jadi diri gue sendiri. Gue masih kaku, diam, diam, dan diam. Entah kenapa gue ngerasa asing, belum bisa jadi diri sendiri, pokony awkward banget lah. Gue juga bingung harus gimana. Kalau gue terlalu berusaha untuk mengambil hati, jatuhnya jadi semacam menjilat atau carmuk, dan gue nggak suka itu. Gue lebih nyaman apa adanya, ya beginilah gue. Bodo amat deh mau dianggap gimana, yang jelas gue memang masih kerasa asing dan gue hanya bisa diam, kalaupun berkomunikasi ya hanya sekadarnya aja.

Yaa beginilah menikah. Salah satu tantangan dalam pernikahan adalah ADAPTASI dengan keluarga suami. Menurut gue fase ini susah2 gampang. Seb3lum menikah hue adalah orang yang dikenal mudah beradaptasi dan supel. Itu sih kata temean2 gue. Ya mingkin ada benarnya. Dulu, gue suka bertemu dengan orang2 baru, gue seneng aja kalau punya kenalan baru, tapi setelah menikah, semua berubah. Gue jadi takit bertemu orang baru. Gue merasa canggung, kikuk, asing, dan sungkan. Gue sendiri juga nggak tau kenapa. Setiap gue ketemu keluarga atau teman suami gue, gue merasakan hal itu. Berbeda ketika gue bertemu dengan  orang lain selain lingkaran itu, gue masih tetap bisa  merasa nyaman.

Mereka baik, asik, tapi kenapa gue masih merasa asibg? Ya gue juga nggak tahu. Mungkin memang fasenya seperti ini dan gue haruselewatinya dengan baik. Entah sampai kapan gue merasakan keasingan ini. Gue harap seiring berjalannya waktu rasa kikuk, canvgung, dan asibg itu hilang. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar